Rabu, 27 April 2011

DASAR-DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

DASAR-DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(FUNDAMENTALS OF CLASSROOM ACTION RESEARCH)
BAGI PENGAWAS



Disampaikan pada Workshop Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) bagi Pengawas di Lingkungan  Departemen Agama Kota Surabaya yang diselenggarakan atas Kerjasama Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) dengan Educational Development Center (EDC), Senin-Selasa, 23-24 Pebruari 2009 di Lawang Malang







Oleh:
TRIANTO, M. Pd.
(Pengawas Pendidikan Departemen Agama Kota Surabaya)






KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN AGAMA PROPINSI JAWA TIMUR
KANTOR DEPARTEMEN AGAMA KOTA SURABAYA
2009

DASAR-DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(FUNDAMENTALS OF CLASSROOM ACTION RESEARCH)*
Oleh: Trianto**


A.          PENDAHULUAN
            Para penyelenggara pendidikan khususnya yang berada pada jalur sekolah akhir-akhir ini banyak menerima kritik dari masyarakat, pemerintah, orang tua dan bahkan siwa sendiri tentang berbagai hal mulai dari nilai uas [ujian akhir sekolah] maupun nilai unas [ujian akhir nasional] yang menurun, penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang kurang memuaskan, kurangnya kreatifitas dalam proses pembelajaran, dan sikap penolakan terhadap pembaharuan yang disebabkan oleh banyaknya tugas-tugas di luar tugas pokok yang dibebankan kepada guru.
Berbagai upaya untuk melepaskan dari kritik-kritik tersebut telah banyak dilakukan, antara lain: (1) meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penataran bagi guru; (2) peningkatan kualifikasi pendidikan guru melalui berbagai penyetaraan, pendidikan kembali [reschooling] maupun pendidikan lanjutan; (3) pengadaan buku pegangan; (4) peningkatan sarana-prasarana serta fasilitas baik laboratorium maupun perlengkapan yang diyakini akan memberikan urunan kepada peningkatan kualitas pembelajaran siswa; dan (5) melakukan penelitian.
            Memang harus diakui bahwa upaya-upaya tersebut telah banyak memberikan manfaat dalam meningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa upaya-upya tersebut sedikit banyak telah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru, tetapi masih dipandang perlu adanya usaha lain guna pencapaian hasil belajar siswa yang lebih optimal. Dan khusus dengan penelitian, meskipun telah banyak menyumbangkan perbaikan-perbaikan, tetapi pada umumnya penelitian tentang proses pembelajaran dilakukan sebagai kegiatan terpisah dari rutinitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru. Menurut Budi [tth.: 1], penelitian semacam ini menggunakan pendekatan Research-Development-Dissimination [RDD], dimana prinsip, demikian bersifat top-down, kuat orientasi teoritiknya, dan generalisasi diolah dan dianalisa dahulu baru selanjutnya diujicobakan di lapangan, dan apabila bermanfaat baru diimplementasuikan secara luas. Pendekatan penelitian semacam ini memiliki dua kelemahan yaitu: (1) hasilnya tidak dapat segera digunakan untuk memperbaiki mutu pembelajaran; dan (2) karena guru tidak terlibat langsung dalam penelitian, maka penghayatan akan masalah dan usaha-usaha perbaikannya sering kurang mengena.
Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM). Pendekatan MPMBM menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate  endeavor for quality improvement), dan bersifat pragmatis naturalistik.
Merujuk pada permasalahan tersebut, maka peningkatan mutu pendidikan seharusnya dilakukan lebih fokus dan komprehenship melalui beberapa cara, antara lain: melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.  
Mengingat sangat pentingnya peranan guru dalam proses pembelajaran maka pendekatan dalam memanfaatkan penelitian untuk memperbaiki pembelajaran lebih berorientasi pada peran guru yang tidak saja sebagai obyek, melainkan juga sekaligus sebagai subyek [pelaku] penelitian. Guru tidak lagi dianggap sekedar sebagai penerima pembaharuan dari hasil penelitian, melainkan juga bertanggungjawab sebagai perancang [designer] dan pelaku penelitian. penelitian dengan pendekatan ini dapat dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas [PTK] atau Classroom Action Research [CAR].
Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan guru-siswa di sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.

B.           TINJAUAN UMUM PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1.            Pengertian
Dalam perkembangannya, penelitian tindakan (action research), sebagai salah satu jenis metode penelitian dalam ilmu-ilmu sosial, ilmu humaniora dan ilmu-ilmu alam merambah dalam dunia pendidikan, hal ini sebagai upaya untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam pembelajaran. Konsep penelitian tindakan tersebut dalam lingkup pendidikan [pembelajaran] sekolah dikenal dengan istilah penelitian tindakan kelas [classroom action research].
Dari sudut pelaku penelitian, action research diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu individual action research dan collaborative action research (CAR). Disebut individual action research, apabila action research tersebut dilakukan oleh seorang guru saja, sedangkan disebut collaborative action research (CAR) apabila action research dilakukan oleh lebih dari seorang (atau sekelompok guru/pendidika untuk satu bidang studi yang sama). Berdasarkan itu pula maka, istilah CAR dapat berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research. Untuk ke dua istilah terakhir – kedua-duanya merujuk pada hal yang sama.
Menurut Suparno, A.S., (tth.: 1), penelitian tindakan kelas pada dasarnya merupakan salah satu cara pengembangan profesionalitas guru dengan jalan memberdayakan mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana untuk melakukan perbaikan secara terus menerus). Sedangkan Dave Ebbut (1985), mendefinisikan penelitian tindakan sebagai suatu studi yang sistematis [penelitian] yang dilakukan oleh pelaku pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran melalui tindakan yang terencana dan dampak dari tindakan [aksi] yang telah dilakukan
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas penelitian kualitatif yang dilakukan oleh guru sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya.

2.            Karakteristik
Dari sudut pandang tipologi, action research termasuk dalam kelompok penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Berbeda dengan penelitian pada umumnya (penelitian formal), yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum general, action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifat kontekstual dan hasilnya tidak digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimiliki peneliti.
Ada beberapa karekteritik yang membedakan antara penelitian tindakan kelas dengan penelitian pada umumnya, antara lain:
Pertama, sustainable. Sustainable artinya bahwa kegiatan penelitian tindakan dilakukan secara terus menerus meskipun kegiatan penelitian telah selesai. Dalam pelaksanaannya dimungkinkan beberapa perubahan [revition] guna pencapaian hasil belajar siwa yang maksimal. Dari sifat kesinambungan pelaksanaan tindalan ini sangatlah jelas mengapa guru harus menjadi konseptor dan pelaku penelitian.
Tabel 1
Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research
Classroom Action Research
Penelitian Formal
(1)           Dilakukan oleh guru sendiri;
(2)           Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan;
(3)           Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan;
(4)           Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit;
(5)           Tidak selalu menggunakan hipotesis;
(6)           Memperbaiki praktik pembelajaran secara la;ngsung.
(1)         Dilakukan oleh orang lain;
(2)         Sample harus representative;

(3)         Instrumen harus valid dan reliabel;
(4)         Menuntut penggunaan analisis statistik;
(5)         Mempersyaratkan hipotesis;

(6)         Mengembangkan teori.

Kedua, self-evaluative. Self-Evaluative merupakan usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk memeriksa, mengamati dan review terhadap tindakan [terapi] yang dilakukan selama penelitian. evaluasi dilakukan agar setiap saat diketahui apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana dan apakah ada ketepatan tindakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Ketiga, flexible. Flexible mengandung arti bahwa jika dalam penelitian memerlukan beberapa siklus maka jenis tindakan yang dilakukan pada masing-masing siklus untuk masalah yang sama dapat berubah-ubah sesuai dengan hasil evaluasi. Jenis tindakan antara peneliti yang satu dengan penelitian yang lain pada tempat dan waktu yang berbeda juga dapat berbeda asalkan berdasarkan kepada data dan referensi yang relevan. Oleh sebab itu, penelitian tindakan merupakan penelitian yang bersifat situasional dan kontekstual.

3.            Lingkup Bidang Kajian
Permasalahan yang krusial dalam pembelajaran yang dapat diangkat dalam PTK antara lain:
Pertama, Masalah belajar siswa di sekolah, termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
Kedua, Desain dan strategi pembelajaran di kelas yang meliputi, tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa.
Ketiga, Alat bantu, media dan sumber belajar, termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat.
Keempat, Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi.
Kelima, Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik- peserta didik dan orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik.
Keenam, Masalah kurikulum yang termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi kurikulum misalnya KBK atau KTSP, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar.

4.            Tujuan & Manfaat
Merujuk pada ruang lingkup kajian tersebut, maka luaran umum yang diharapkan dihasilkan dari Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah peningkatan atau perbaikan (improvement and theraphy), antara lain sebagai berikut:
a.             Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.
b.            Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.
c.             Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
d.            Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
e.             Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
f.             Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah (Depdiknas, 2004: 3-4)


C.          PERENCANAAN & PELAKSANAAN PTK
1.            Perumusan Masalah
Permasalahan guru yang berkaitan dengan masalah pembelajaran (setrategi belajar mengajar, pengelolaan pembelajaran dsb) dapat dijumpai dari keseharian kegiatan di dalam kelas, seperti kesulitan siswa dalam menyimpulkan suatu topik, menganalisis soal dalam bentuk uraian, miskonsepsi (kesalahan konsep), menentukan pokok pikiran suatu paragrap dalam sebuah wacana dan lain-lain. Masalah bisa juga diperoleh dari keinginan untuk meningkatkan hasil kerja, dari membaca buku, dan dari beberapa sumber lain yang berkaitan dengan strategi belajar mengajar. Akan tetapi yang lebih baik adalah masalaha yang datangnya dari guru sendiri, karena hal itu didorong oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah, sehingga peneliti dapat menghayati permasalahan.
Masalah perlu dirumuskan secara jelas dan spesifik. Apabila ditemukan beberapa macam masalah, maka harus dipilih masalah yang dihadapi oleh sebagaian besar siswa, masalah yang dapat dipecahkan, masalah yang apabila dipecahkan akan memberikan manfaat yang banyak. Dengan pembatasan masalah secara jelas akan memungkinkan untuk merumuskannya dengan benar serta dapat diidentifikasi (diagnosis) dengan seksama factor-faktor penyebabnya sehingga tindakan atau treatment/terapi untuk memecahkan masalah tersebut dapat disusun dengan tepat dan mudah.
Pada tahap ini diperlukan pengkajian sistematik dan seksama terhadap penyebab timbulnya masalah yang kemudian dinamakan sebagai variabel. Misalnya, menghadapi masalah rendahnya kemampuan berbicara (speaking ability) dalam bahasa Inggris pada siswa SMA. Pada kasus ini diperlukan data dan kajian teori untuk menjelaskan masalah yang terjadi. Jika penyebab dari masalah tersebut ditemukan. Misalnya kelemahan tersebut disebabkan oleh kurangnya kesempatan berbicara dalam kelas, kurangnya guru merangsang siswa untuk berbicara, guru lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran, maka kemudian dipilih hubungan variabel-variabel tersebut dengan permasalahan. Hubungan ini dikembangkan menjadi hipotesis.

2.            Tahap Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan hipotesis yang dirumuskan pada tahap sebelumnya. Rencana kegiatan meliputi: pokok-pokok materi/isi tindakan (terapi/treatment), strategi pelaksanaan, prosedur kerja, penjadwalan, monitoring/pengumpulan data, serta evaluasi dan refleksi.

3.            Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan didasarkan pada rencana yang telah disusun. Dalam melaksanakan tindakan perlu ditaati kerja secara ketat. Pada tahap ini diperlukan pengamatan (monitoring) tentang bentuk dan macam tindakan, frekuensi tindakan, serta reaksi yang muncul setelah dikenai tindakan (response siswa) yang dapat berupa peningkatan kemampuan yang berupa nilai maupun keterampilan. Data tentang perubahan perilaku atau dampak yang dihasilkan ini dapat juga digali terutama dari test, wawancara, observasi maupun dengan teknik yang lain.

4.            Tahap Evaluasi dan Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh pada saat monitoring. Setelah data dianalisis, kemudian dilakukan penarikan simpulan sejalan dengan cara mengolah data, yang bias berupa cara non statistic maupun cara statistic. Dari simpulan yang didapatkan, digunakan untuk melakukan penilaian (refleksi) apakah tindakan (terapi) yang dilakukan memberikan efek (dampak/perubahan) kea rah perbaikan. Hal ini perlu dikonfirmasikan kembali pada hipotesis.
Dampak yang positif atau perubahan ke arah peningkatan kemampuan siswa memberikan refleksi, bahwa proses identifikasi faktor-faktor penyebab timbulnya masalah sudah benar (diagnosis dilakukan dengan benar), dan tindakan yang diberikan benar (terapi juga dilakukan dengan tepat). Jika dampak yang terjadi tidak menyelesaikan masalah, maka ada beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain: (1) identifikasi faktor-faktor penyebab masalah dan perencanaan kurang tepat; dan (2) situasi kelas berubah. Maka diperlukan pengkajian ulang terhadap factor-faktor penyebab masalah (diagnosis ulang) dan dilakukan tindakan yang baru (terapi ulang) sesuai hasil evaluasi dan diagnosis ulang.

D.         SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
Penelitian secara umum harus diawali dengan penyusunan proposal, atau ada juga sebagian orang menyebutnya protokol penelitian. Penyusunan usulan ini diperlukan karena sifatnya fungsional, maksudnya bagi peneliti digunakan sebagai aturan langkah yang akan ditempuh, sedangkan bagi yang diteliti mengetahui peran yang harus ditempuh. Bagi orang lain mengetahui langkah yang akan ditempuh. Bagi pihak penyandang dana mengetahui urgensinya penelitian itu dibiayai.
Bicara tentang sistematika proposal PTK, pada dasarnya tidak ada yang baku, artinya banyak bentuk format proposal PTK. Namun demikian secara umum pada suatu proposal PTK minimal memuat beberapa hal berikut:

1.            Judul Penelitian

Judul hendaknya singkat, padat dan spesifik tetapi cukup jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi masalahnya. Selain itu juga terhadap apa atau siapa penelitian dikenakan, di mana dan kapan penelitian itu akan dilakukan.
Secara praktis menurut Kisyani (2008: 14), dalam judul PTK setidaknya mengandung unsur UMOS, yaitu: Pertama, Upaya. Dalam judul PTK harus mengandung upaya untuk suatu tindakan. Misalnya, peningkatan atau upaya peningkatan; Kedua, Masalah. Dalam PTK harus mengandung masalah yang akan dicarikan solusinya. Misalnya, tentang kesalahan konsep (miskonsepsi); Ketiga, Obat/terapi (tindakan), yaitu cara/metode/strategi/model atau langkah apa yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, melalui pendekatan komunikatif, strategi peta konsep (concept mapping), model konstruktivistik dan lainnya; dan Keempat, Setting, yaitu lokasi atau tempat di mana penelitian dilakukan (kelas tempat penelitian). Misalnya, Siswa Kelas X-1 MAN Surabaya.
Dari empat unsur tersebut dapat dibuat Judul PTK sebagai berikut:

Upaya Meminimalisasi Kesalahan Konsep Fisika (Misconception) Siswa Kelas X-1 MAN Surabaya Melalui Penerapan Strategi Pemetaan Konsep (Concept Mapping)

2.            Bidang Kajian (Ilmu)

Pada bagian ini dikemukakan termasuk bidang apakah masalah yang akan diteliti dengan mengacu kepada pembidangan ilmu atau pengelompokkan masalah. Contoh, metode pengajaran sejarah (bidang ilmu); peningkatan mutu pendidikan (kelompok masalah).

3.            Latar Belakang

Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah, dan diagnosis dilakukan oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab  munculnya masalah tersebut. Prosedur yang digunakan dalam identifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis.

4.            Perumusan dan Pemecahan Masalah

(1)         Perumusan Masalah
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator keberhasilan  tindakan,  dan cara pengukuran serta cara mengevaluasinya.
Pada bagian ini juga dikemukakan satu atau beberapa butir pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui kegiatan penelitian. Contoh rumusan masalah untuk PTK, antara lain:
                                  (a)            Bagaimana mengembangkan dan menggunakan LKS agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
                                 (b)            Bagaimana melaksanakan kunjungan ke pasar agar dapat meningkatkan kemampuan siswa menerapkan prinsip-prinsip perdagangan?
                (c)            Pemecahan Masalah
Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.
               (d)            Tujuan Penelitian
Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Dengan kata lain tujuan penelitian isinya sama dengan masalah penelitian, hanya berbeda pada cara pengungkapannya. Rumusan masalah dituangkan dalam bentuk kalimat tanya, sedangkan tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan. Secara  operasional, tujuan penelitian berisi pertanyaan tentang temuan apa yang akan dihasilkan oleh penelitian, dan temuan penelitian itu akan dipergunakan untuk memecahkan masalah apa.
Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga diukur tingkat pencapaian keberhasilannya.
                (e)            Kontribusi/Manfaat Hasil Penelitian
Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.

5.            Kerangka Konseptual/Kajian Pustaka

Istilah kerangka konseptual pada penelitian yang lain disebut juga dengan kajian pustaka. Dalam kerangka konseptual ini uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

6.            Rencana dan Prosedur Penelitian (Metode Penelitian)

Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah. Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut.

7.            Jadwal Penelitian

Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gantt chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun sesuai dengan rencana penelitian itu sendiri. Jika didanai disesuaikan dengan keinginan pemberi dana, misalnya untuk pelaksanaan PTK yang didanai Dirjen Dikti dilakukan selama 10 bulan.

8.            Biaya Penelitian

Unsur ini dipaparkan jika PTK mendapatkan biaya dari suatu lembaga tertentu, misalnya Dirjen Dikti Depdiknas dan lainnya. Kemukakan besarnya biaya penelitian secara rinci dengan mengacu kepada kegiatan penelitian. Misalnya, Rekapitulasi biaya penelitian (PTK) yang dibiayai oleh Dirjen Dikti Depdiknas, meliputi:
·               Honorarium ketua, anggota maksimal 30%
·               Biaya operasional minimal 30 %
·               Biaya pembelian ATK maksimal 30%
·               Lain-lain pengeluaran 10%

9.            Personalia Penelitian

Unsur ini dipaparkan jika dalam PTK dilakukan lebih dari satu peneliti. Jika hal itu dilakukan, maka kemukakan nama, kedudukan, dan tugas masing-masing personalia dalam penelitian. Pada umumnya unsur yang ada di dalamnya ialah: Ketua, Anggota, dan Staf administrasi.
Sebagai contoh adalah PTK yang dibiayai oleh Dirjen Dikti Depdiknas. Jumlah  personalia penelitian ditentukan maksimal 5 orang, yang terdiri dari : 1 orang Ketua Peneliti (dosen LPTK), 4 orang anggota peneliti yang dapat terdiri dari 1 orang dosen LPTK dan 3 orang guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah, atau 4 orang guru/tenaga kependidikan di sekolah. Jumlah guru  minimal 2 orang dan  harus lebih banyak dari  jumlah dosen. Uraikan peran guru, jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini sekurang-kurangnya dilakukan oleh 3 orang peneliti, yang 1 orang sebagai Ketua Peneliti (dosen LPTK) dan 2 orang guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Rincilah nama personalia tim peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas.
10.        Lampiran
Daftar pustaka, CV peneliti (Ketua/anggota), dll


REFERENSI
Budi, G. S. Tth. “Dasar-Dasar Penelitian Tindakan Kelas.” Makalah. Disampaikan dalam Seminar Sehari Penelitian Tindakan Kelas di Program Studi Fisika FKIP Universitas Palangkaraya.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Ebbut, D. 1985. Educational Action Research. Lewes: Falmer Press.

Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open Univ.

Kisyani, L. 2008. “Penelitian Tindakan Kelas.” Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Sehari Penelitian Tindakan Kelas Untukmu Guruku 2008 yang diselengggarakan atas kerjasama Dinas P & K Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya, Jawa Pos dan Dispendik Kota Surabaya, pada 16 Pebruari 2008.

Samani, M. 1998. Penelitian Aksi dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Dikmenum.

Suhardjono, Hoesien, A.A., dan Suharta. 1996. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suparno, A. S. Tth. “Penelitian Tindakan Kelas.” Hand Out. Latihan Kerja Instruktur [LKI] di Balai Penataran Guru Jakarta.

Trianto, Rahardjo, S., dan Mawardiningsih, M. 1997. “Upaya Meminimalisasi Kesalahan Konsep (Misconception) Fisika melalui Strategi Peta Konsep (Concept Mapping)”. Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dibiayai oleh Dana Suplemen OPF Kantor Inspeksi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kotawaringin Timur-Kalimantan Tengah tahun 1997/1998;
Trianto, Gideon, Mariyani, Suyono, J., Rahardjo, S., dan Kaptenemo. 1998. “Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa SLTP Konsep Optika Melalui Pembelajaran Efektif.” Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dibiayai oleh Proyek Peningkatan Mutu (P2M) SLTP Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 1998/1999. Sampit: Tidak Dipublikasikan.
Trianto, 2008. “Format Penelitian Tindakan Kelas.” Hand Out. Bahan Diskusi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada Semiloka Sehari Untukmu Guruku yang diselnggarakan atas Kerjasama Dinas P & K Prop. Jatim, Dinas Pendidikan Kota Surabya dan Jawa Pos, 16 Pebruari  2008 di Aula Kantor Divre V Telkom Ketintang Surabaya.
Trianto, 2008. “Model Proposal Penelitian Tindakan Kelas.” Hand Out. Bahan Diskusi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada Workshop Sosialisasi MGMP SMA/MA/SMK Kota Surabaya  yang diselnggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabya, Senin-Kamis, 14-17 April 2008 di Auditorium Univ. PGRI Adhibuana (UNIPA) Ngagel Jaya-Surabaya.
Trianto, 2008. “Pokok-Pokok Penelitian Tindakan kelas.” Makalah disampaikan pada Semiloka Pembelajran Inovatif dan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru yang diselenggarakan oleh MGMP Kota Departemen Agama Kota Surabaya, Sabtu 16 Mei 2008, di Aula Depag Kota Surabaya
Trianto, 2009. “Penelitian Tindakan kelas (PTK).” Makalah disampaikan pada Workshop Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru MI/SD/MTs/SMP yang diselenggarakan oleh MI Hasyim As’ary Kec. Pakal Kota Surabaya, Sabtu 07 Pebruari 2009 di Aula MI Hasyim As’ary.


FORMAT LAPORAN PTK
A.          Bagian Awal
Halaman Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
B.           Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
1.            Latar Belakang Masalah
2.            Rumusn Masalah
3.            Tujuan Penelitian
4.            Manfaat Penelitian
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL
1.      Teori-Teori yang relevan
2.      Penelitian-Penelitian yang pernah dilakukan yang berhubungan dengan kajian
3.      Kerangka Pemikiran
4.      Hipotesis, dst
BAB III METODE PENELITIAN
1.      Rancangan Penelitian
2.      Populasi & Sampel
3.      Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan
4.      Prosedur Observasi dan Refleksi
5.      Prosedur Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (ANALISIS)
1.      Validasi Instrumen Penelitian
2.      Paparan data
3.      Uji Hipotesis
4.      Pembahasan
BAB V PENUTUP
C.          Bagian Akhir
1.      Simpulan
2.      Saran/Rekomendasi
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran


* Makalah disampaikan pada Semiloka Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru yang diselenggarakan KKM wilayah Surabaya Barat, Sabtu 7 Pebruari 2009
** Pengawas Pendidikan Departemen Agama Kota Surabaya, DLB Fak Tarbiyah dan Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya serta Universitas Sunan Giri Surabaya.

DASAR-DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

DASAR-DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(FUNDAMENTALS OF CLASSROOM ACTION RESEARCH)*
Oleh: Trianto**


A.          PENDAHULUAN
            Para penyelenggara pendidikan khususnya yang berada pada jalur sekolah akhir-akhir ini banyak menerima kritik dari masyarakat, pemerintah, orang tua dan bahkan siwa sendiri tentang berbagai hal mulai dari nilai uas [ujian akhir sekolah] maupun nilai unas [ujian akhir nasional] yang menurun, penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang kurang memuaskan, kurangnya kreatifitas dalam proses pembelajaran, dan sikap penolakan terhadap pembaharuan yang disebabkan oleh banyaknya tugas-tugas di luar tugas pokok yang dibebankan kepada guru.
Berbagai upaya untuk melepaskan dari kritik-kritik tersebut telah banyak dilakukan, antara lain: (1) meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penataran bagi guru; (2) peningkatan kualifikasi pendidikan guru melalui berbagai penyetaraan, pendidikan kembali [reschooling] maupun pendidikan lanjutan; (3) pengadaan buku pegangan; (4) peningkatan sarana-prasarana serta fasilitas baik laboratorium maupun perlengkapan yang diyakini akan memberikan urunan kepada peningkatan kualitas pembelajaran siswa; dan (5) melakukan penelitian.
            Memang harus diakui bahwa upaya-upaya tersebut telah banyak memberikan manfaat dalam meningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa upaya-upya tersebut sedikit banyak telah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru, tetapi masih dipandang perlu adanya usaha lain guna pencapaian hasil belajar siswa yang lebih optimal. Dan khusus dengan penelitian, meskipun telah banyak menyumbangkan perbaikan-perbaikan, tetapi pada umumnya penelitian tentang proses pembelajaran dilakukan sebagai kegiatan terpisah dari rutinitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru. Menurut Budi [tth.: 1], penelitian semacam ini menggunakan pendekatan Research-Development-Dissimination [RDD], dimana prinsip, demikian bersifat top-down, kuat orientasi teoritiknya, dan generalisasi diolah dan dianalisa dahulu baru selanjutnya diujicobakan di lapangan, dan apabila bermanfaat baru diimplementasuikan secara luas. Pendekatan penelitian semacam ini memiliki dua kelemahan yaitu: (1) hasilnya tidak dapat segera digunakan untuk memperbaiki mutu pembelajaran; dan (2) karena guru tidak terlibat langsung dalam penelitian, maka penghayatan akan masalah dan usaha-usaha perbaikannya sering kurang mengena.
Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM). Pendekatan MPMBM menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate  endeavor for quality improvement), dan bersifat pragmatis naturalistik.
Merujuk pada permasalahan tersebut, maka peningkatan mutu pendidikan seharusnya dilakukan lebih fokus dan komprehenship melalui beberapa cara, antara lain: melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.  
Mengingat sangat pentingnya peranan guru dalam proses pembelajaran maka pendekatan dalam memanfaatkan penelitian untuk memperbaiki pembelajaran lebih berorientasi pada peran guru yang tidak saja sebagai obyek, melainkan juga sekaligus sebagai subyek [pelaku] penelitian. Guru tidak lagi dianggap sekedar sebagai penerima pembaharuan dari hasil penelitian, melainkan juga bertanggungjawab sebagai perancang [designer] dan pelaku penelitian. penelitian dengan pendekatan ini dapat dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas [PTK] atau Classroom Action Research [CAR].
Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan guru-siswa di sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.

B.           TINJAUAN UMUM PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1.            Pengertian
Dalam perkembangannya, penelitian tindakan (action research), sebagai salah satu jenis metode penelitian dalam ilmu-ilmu sosial, ilmu humaniora dan ilmu-ilmu alam merambah dalam dunia pendidikan, hal ini sebagai upaya untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam pembelajaran. Konsep penelitian tindakan tersebut dalam lingkup pendidikan [pembelajaran] sekolah dikenal dengan istilah penelitian tindakan kelas [classroom action research].
Dari sudut pelaku penelitian, action research diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu individual action research dan collaborative action research (CAR). Disebut individual action research, apabila action research tersebut dilakukan oleh seorang guru saja, sedangkan disebut collaborative action research (CAR) apabila action research dilakukan oleh lebih dari seorang (atau sekelompok guru/pendidika untuk satu bidang studi yang sama). Berdasarkan itu pula maka, istilah CAR dapat berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research. Untuk ke dua istilah terakhir – kedua-duanya merujuk pada hal yang sama.
Menurut Suparno, A.S., (tth.: 1), penelitian tindakan kelas pada dasarnya merupakan salah satu cara pengembangan profesionalitas guru dengan jalan memberdayakan mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana untuk melakukan perbaikan secara terus menerus). Sedangkan Dave Ebbut (1985), mendefinisikan penelitian tindakan sebagai suatu studi yang sistematis [penelitian] yang dilakukan oleh pelaku pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran melalui tindakan yang terencana dan dampak dari tindakan [aksi] yang telah dilakukan
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas penelitian kualitatif yang dilakukan oleh guru sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya.

2.            Karakteristik
Dari sudut pandang tipologi, action research termasuk dalam kelompok penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Berbeda dengan penelitian pada umumnya (penelitian formal), yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum general, action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifat kontekstual dan hasilnya tidak digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimiliki peneliti.
Ada beberapa karekteritik yang membedakan antara penelitian tindakan kelas dengan penelitian pada umumnya, antara lain:
Pertama, sustainable. Sustainable artinya bahwa kegiatan penelitian tindakan dilakukan secara terus menerus meskipun kegiatan penelitian telah selesai. Dalam pelaksanaannya dimungkinkan beberapa perubahan [revition] guna pencapaian hasil belajar siwa yang maksimal. Dari sifat kesinambungan pelaksanaan tindalan ini sangatlah jelas mengapa guru harus menjadi konseptor dan pelaku penelitian.
Tabel 1
Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research
Classroom Action Research
Penelitian Formal
(1)           Dilakukan oleh guru sendiri;
(2)           Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan;
(3)           Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan;
(4)           Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit;
(5)           Tidak selalu menggunakan hipotesis;
(6)           Memperbaiki praktik pembelajaran secara la;ngsung.
(1)         Dilakukan oleh orang lain;
(2)         Sample harus representative;

(3)         Instrumen harus valid dan reliabel;
(4)         Menuntut penggunaan analisis statistik;
(5)         Mempersyaratkan hipotesis;

(6)         Mengembangkan teori.

Kedua, self-evaluative. Self-Evaluative merupakan usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk memeriksa, mengamati dan review terhadap tindakan [terapi] yang dilakukan selama penelitian. evaluasi dilakukan agar setiap saat diketahui apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana dan apakah ada ketepatan tindakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Ketiga, flexible. Flexible mengandung arti bahwa jika dalam penelitian memerlukan beberapa siklus maka jenis tindakan yang dilakukan pada masing-masing siklus untuk masalah yang sama dapat berubah-ubah sesuai dengan hasil evaluasi. Jenis tindakan antara peneliti yang satu dengan penelitian yang lain pada tempat dan waktu yang berbeda juga dapat berbeda asalkan berdasarkan kepada data dan referensi yang relevan. Oleh sebab itu, penelitian tindakan merupakan penelitian yang bersifat situasional dan kontekstual.

3.            Lingkup Bidang Kajian
Permasalahan yang krusial dalam pembelajaran yang dapat diangkat dalam PTK antara lain:
Pertama, Masalah belajar siswa di sekolah, termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
Kedua, Desain dan strategi pembelajaran di kelas yang meliputi, tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa.
Ketiga, Alat bantu, media dan sumber belajar, termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat.
Keempat, Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi.
Kelima, Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik- peserta didik dan orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik.
Keenam, Masalah kurikulum yang termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi kurikulum misalnya KBK atau KTSP, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar.

4.            Tujuan & Manfaat
Merujuk pada ruang lingkup kajian tersebut, maka luaran umum yang diharapkan dihasilkan dari Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah peningkatan atau perbaikan (improvement and theraphy), antara lain sebagai berikut:
a.             Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.
b.            Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.
c.             Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
d.            Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
e.             Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
f.             Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah (Depdiknas, 2004: 3-4)


C.          PERENCANAAN & PELAKSANAAN PTK
1.            Perumusan Masalah
Permasalahan guru yang berkaitan dengan masalah pembelajaran (setrategi belajar mengajar, pengelolaan pembelajaran dsb) dapat dijumpai dari keseharian kegiatan di dalam kelas, seperti kesulitan siswa dalam menyimpulkan suatu topik, menganalisis soal dalam bentuk uraian, miskonsepsi (kesalahan konsep), menentukan pokok pikiran suatu paragrap dalam sebuah wacana dan lain-lain. Masalah bisa juga diperoleh dari keinginan untuk meningkatkan hasil kerja, dari membaca buku, dan dari beberapa sumber lain yang berkaitan dengan strategi belajar mengajar. Akan tetapi yang lebih baik adalah masalaha yang datangnya dari guru sendiri, karena hal itu didorong oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah, sehingga peneliti dapat menghayati permasalahan.
Masalah perlu dirumuskan secara jelas dan spesifik. Apabila ditemukan beberapa macam masalah, maka harus dipilih masalah yang dihadapi oleh sebagaian besar siswa, masalah yang dapat dipecahkan, masalah yang apabila dipecahkan akan memberikan manfaat yang banyak. Dengan pembatasan masalah secara jelas akan memungkinkan untuk merumuskannya dengan benar serta dapat diidentifikasi (diagnosis) dengan seksama factor-faktor penyebabnya sehingga tindakan atau treatment/terapi untuk memecahkan masalah tersebut dapat disusun dengan tepat dan mudah.
Pada tahap ini diperlukan pengkajian sistematik dan seksama terhadap penyebab timbulnya masalah yang kemudian dinamakan sebagai variabel. Misalnya, menghadapi masalah rendahnya kemampuan berbicara (speaking ability) dalam bahasa Inggris pada siswa SMA. Pada kasus ini diperlukan data dan kajian teori untuk menjelaskan masalah yang terjadi. Jika penyebab dari masalah tersebut ditemukan. Misalnya kelemahan tersebut disebabkan oleh kurangnya kesempatan berbicara dalam kelas, kurangnya guru merangsang siswa untuk berbicara, guru lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran, maka kemudian dipilih hubungan variabel-variabel tersebut dengan permasalahan. Hubungan ini dikembangkan menjadi hipotesis.

2.            Tahap Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan hipotesis yang dirumuskan pada tahap sebelumnya. Rencana kegiatan meliputi: pokok-pokok materi/isi tindakan (terapi/treatment), strategi pelaksanaan, prosedur kerja, penjadwalan, monitoring/pengumpulan data, serta evaluasi dan refleksi.

3.            Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan didasarkan pada rencana yang telah disusun. Dalam melaksanakan tindakan perlu ditaati kerja secara ketat. Pada tahap ini diperlukan pengamatan (monitoring) tentang bentuk dan macam tindakan, frekuensi tindakan, serta reaksi yang muncul setelah dikenai tindakan (response siswa) yang dapat berupa peningkatan kemampuan yang berupa nilai maupun keterampilan. Data tentang perubahan perilaku atau dampak yang dihasilkan ini dapat juga digali terutama dari test, wawancara, observasi maupun dengan teknik yang lain.

4.            Tahap Evaluasi dan Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh pada saat monitoring. Setelah data dianalisis, kemudian dilakukan penarikan simpulan sejalan dengan cara mengolah data, yang bias berupa cara non statistic maupun cara statistic. Dari simpulan yang didapatkan, digunakan untuk melakukan penilaian (refleksi) apakah tindakan (terapi) yang dilakukan memberikan efek (dampak/perubahan) kea rah perbaikan. Hal ini perlu dikonfirmasikan kembali pada hipotesis.
Dampak yang positif atau perubahan ke arah peningkatan kemampuan siswa memberikan refleksi, bahwa proses identifikasi faktor-faktor penyebab timbulnya masalah sudah benar (diagnosis dilakukan dengan benar), dan tindakan yang diberikan benar (terapi juga dilakukan dengan tepat). Jika dampak yang terjadi tidak menyelesaikan masalah, maka ada beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain: (1) identifikasi faktor-faktor penyebab masalah dan perencanaan kurang tepat; dan (2) situasi kelas berubah. Maka diperlukan pengkajian ulang terhadap factor-faktor penyebab masalah (diagnosis ulang) dan dilakukan tindakan yang baru (terapi ulang) sesuai hasil evaluasi dan diagnosis ulang.

D.         SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
Penelitian secara umum harus diawali dengan penyusunan proposal, atau ada juga sebagian orang menyebutnya protokol penelitian. Penyusunan usulan ini diperlukan karena sifatnya fungsional, maksudnya bagi peneliti digunakan sebagai aturan langkah yang akan ditempuh, sedangkan bagi yang diteliti mengetahui peran yang harus ditempuh. Bagi orang lain mengetahui langkah yang akan ditempuh. Bagi pihak penyandang dana mengetahui urgensinya penelitian itu dibiayai.
Bicara tentang sistematika proposal PTK, pada dasarnya tidak ada yang baku, artinya banyak bentuk format proposal PTK. Namun demikian secara umum pada suatu proposal PTK minimal memuat beberapa hal berikut:

1.            Judul Penelitian

Judul hendaknya singkat, padat dan spesifik tetapi cukup jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi masalahnya. Selain itu juga terhadap apa atau siapa penelitian dikenakan, di mana dan kapan penelitian itu akan dilakukan.
Secara praktis menurut Kisyani (2008: 14), dalam judul PTK setidaknya mengandung unsur UMOS, yaitu: Pertama, Upaya. Dalam judul PTK harus mengandung upaya untuk suatu tindakan. Misalnya, peningkatan atau upaya peningkatan; Kedua, Masalah. Dalam PTK harus mengandung masalah yang akan dicarikan solusinya. Misalnya, tentang kesalahan konsep (miskonsepsi); Ketiga, Obat/terapi (tindakan), yaitu cara/metode/strategi/model atau langkah apa yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, melalui pendekatan komunikatif, strategi peta konsep (concept mapping), model konstruktivistik dan lainnya; dan Keempat, Setting, yaitu lokasi atau tempat di mana penelitian dilakukan (kelas tempat penelitian). Misalnya, Siswa Kelas X-1 MAN Surabaya.
Dari empat unsur tersebut dapat dibuat Judul PTK sebagai berikut:

Upaya Meminimalisasi Kesalahan Konsep Fisika (Misconception) Siswa Kelas X-1 MAN Surabaya Melalui Penerapan Strategi Pemetaan Konsep (Concept Mapping)

2.            Bidang Kajian (Ilmu)

Pada bagian ini dikemukakan termasuk bidang apakah masalah yang akan diteliti dengan mengacu kepada pembidangan ilmu atau pengelompokkan masalah. Contoh, metode pengajaran sejarah (bidang ilmu); peningkatan mutu pendidikan (kelompok masalah).

3.            Latar Belakang

Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah, dan diagnosis dilakukan oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab  munculnya masalah tersebut. Prosedur yang digunakan dalam identifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis.

4.            Perumusan dan Pemecahan Masalah

(1)         Perumusan Masalah
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator keberhasilan  tindakan,  dan cara pengukuran serta cara mengevaluasinya.
Pada bagian ini juga dikemukakan satu atau beberapa butir pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui kegiatan penelitian. Contoh rumusan masalah untuk PTK, antara lain:
                                  (a)            Bagaimana mengembangkan dan menggunakan LKS agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
                                 (b)            Bagaimana melaksanakan kunjungan ke pasar agar dapat meningkatkan kemampuan siswa menerapkan prinsip-prinsip perdagangan?
                (c)            Pemecahan Masalah
Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.
               (d)            Tujuan Penelitian
Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Dengan kata lain tujuan penelitian isinya sama dengan masalah penelitian, hanya berbeda pada cara pengungkapannya. Rumusan masalah dituangkan dalam bentuk kalimat tanya, sedangkan tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan. Secara  operasional, tujuan penelitian berisi pertanyaan tentang temuan apa yang akan dihasilkan oleh penelitian, dan temuan penelitian itu akan dipergunakan untuk memecahkan masalah apa.
Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga diukur tingkat pencapaian keberhasilannya.
                (e)            Kontribusi/Manfaat Hasil Penelitian
Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.

5.            Kerangka Konseptual/Kajian Pustaka

Istilah kerangka konseptual pada penelitian yang lain disebut juga dengan kajian pustaka. Dalam kerangka konseptual ini uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

6.            Rencana dan Prosedur Penelitian (Metode Penelitian)

Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah. Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut.

7.            Jadwal Penelitian

Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gantt chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun sesuai dengan rencana penelitian itu sendiri. Jika didanai disesuaikan dengan keinginan pemberi dana, misalnya untuk pelaksanaan PTK yang didanai Dirjen Dikti dilakukan selama 10 bulan.

8.            Biaya Penelitian

Unsur ini dipaparkan jika PTK mendapatkan biaya dari suatu lembaga tertentu, misalnya Dirjen Dikti Depdiknas dan lainnya. Kemukakan besarnya biaya penelitian secara rinci dengan mengacu kepada kegiatan penelitian. Misalnya, Rekapitulasi biaya penelitian (PTK) yang dibiayai oleh Dirjen Dikti Depdiknas, meliputi:
·               Honorarium ketua, anggota maksimal 30%
·               Biaya operasional minimal 30 %
·               Biaya pembelian ATK maksimal 30%
·               Lain-lain pengeluaran 10%

9.            Personalia Penelitian

Unsur ini dipaparkan jika dalam PTK dilakukan lebih dari satu peneliti. Jika hal itu dilakukan, maka kemukakan nama, kedudukan, dan tugas masing-masing personalia dalam penelitian. Pada umumnya unsur yang ada di dalamnya ialah: Ketua, Anggota, dan Staf administrasi.
Sebagai contoh adalah PTK yang dibiayai oleh Dirjen Dikti Depdiknas. Jumlah  personalia penelitian ditentukan maksimal 5 orang, yang terdiri dari : 1 orang Ketua Peneliti (dosen LPTK), 4 orang anggota peneliti yang dapat terdiri dari 1 orang dosen LPTK dan 3 orang guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah, atau 4 orang guru/tenaga kependidikan di sekolah. Jumlah guru  minimal 2 orang dan  harus lebih banyak dari  jumlah dosen. Uraikan peran guru, jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini sekurang-kurangnya dilakukan oleh 3 orang peneliti, yang 1 orang sebagai Ketua Peneliti (dosen LPTK) dan 2 orang guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Rincilah nama personalia tim peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas.
10.        Lampiran
Daftar pustaka, CV peneliti (Ketua/anggota), dll


REFERENSI
Budi, G. S. Tth. “Dasar-Dasar Penelitian Tindakan Kelas.” Makalah. Disampaikan dalam Seminar Sehari Penelitian Tindakan Kelas di Program Studi Fisika FKIP Universitas Palangkaraya.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Ebbut, D. 1985. Educational Action Research. Lewes: Falmer Press.

Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open Univ.

Kisyani, L. 2008. “Penelitian Tindakan Kelas.” Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Sehari Penelitian Tindakan Kelas Untukmu Guruku 2008 yang diselengggarakan atas kerjasama Dinas P & K Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya, Jawa Pos dan Dispendik Kota Surabaya, pada 16 Pebruari 2008.

Samani, M. 1998. Penelitian Aksi dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Dikmenum.

Suhardjono, Hoesien, A.A., dan Suharta. 1996. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suparno, A. S. Tth. “Penelitian Tindakan Kelas.” Hand Out. Latihan Kerja Instruktur [LKI] di Balai Penataran Guru Jakarta.

Trianto, Rahardjo, S., dan Mawardiningsih, M. 1997. “Upaya Meminimalisasi Kesalahan Konsep (Misconception) Fisika melalui Strategi Peta Konsep (Concept Mapping)”. Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dibiayai oleh Dana Suplemen OPF Kantor Inspeksi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kotawaringin Timur-Kalimantan Tengah tahun 1997/1998;
Trianto, Gideon, Mariyani, Suyono, J., Rahardjo, S., dan Kaptenemo. 1998. “Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa SLTP Konsep Optika Melalui Pembelajaran Efektif.” Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dibiayai oleh Proyek Peningkatan Mutu (P2M) SLTP Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 1998/1999. Sampit: Tidak Dipublikasikan.
Trianto, 2008. “Format Penelitian Tindakan Kelas.” Hand Out. Bahan Diskusi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada Semiloka Sehari Untukmu Guruku yang diselnggarakan atas Kerjasama Dinas P & K Prop. Jatim, Dinas Pendidikan Kota Surabya dan Jawa Pos, 16 Pebruari  2008 di Aula Kantor Divre V Telkom Ketintang Surabaya.
Trianto, 2008. “Model Proposal Penelitian Tindakan Kelas.” Hand Out. Bahan Diskusi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada Workshop Sosialisasi MGMP SMA/MA/SMK Kota Surabaya  yang diselnggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabya, Senin-Kamis, 14-17 April 2008 di Auditorium Univ. PGRI Adhibuana (UNIPA) Ngagel Jaya-Surabaya.
Trianto, 2008. “Pokok-Pokok Penelitian Tindakan kelas.” Makalah disampaikan pada Semiloka Pembelajran Inovatif dan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru yang diselenggarakan oleh MGMP Kota Departemen Agama Kota Surabaya, Sabtu 16 Mei 2008, di Aula Depag Kota Surabaya
Trianto, 2009. “Penelitian Tindakan kelas (PTK).” Makalah disampaikan pada Workshop Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru MI/SD/MTs/SMP yang diselenggarakan oleh MI Hasyim As’ary Kec. Pakal Kota Surabaya, Sabtu 07 Pebruari 2009 di Aula MI Hasyim As’ary.


FORMAT LAPORAN PTK
A.          Bagian Awal
Halaman Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
B.           Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
1.            Latar Belakang Masalah
2.            Rumusn Masalah
3.            Tujuan Penelitian
4.            Manfaat Penelitian
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL
1.      Teori-Teori yang relevan
2.      Penelitian-Penelitian yang pernah dilakukan yang berhubungan dengan kajian
3.      Kerangka Pemikiran
4.      Hipotesis, dst
BAB III METODE PENELITIAN
1.      Rancangan Penelitian
2.      Populasi & Sampel
3.      Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan
4.      Prosedur Observasi dan Refleksi
5.      Prosedur Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (ANALISIS)
1.      Validasi Instrumen Penelitian
2.      Paparan data
3.      Uji Hipotesis
4.      Pembahasan
BAB V PENUTUP
C.          Bagian Akhir
1.      Simpulan
2.      Saran/Rekomendasi
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran


* Makalah disampaikan pada Semiloka Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru yang diselenggarakan KKM wilayah Surabaya Barat, Sabtu 7 Pebruari 2009
** Pengawas Pendidikan Departemen Agama Kota Surabaya, DLB Fak Tarbiyah dan Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya serta Universitas Sunan Giri Surabaya.